PERILAKU
DAN KESEHATAN PSIKOLOGI
A.
Psikologi Kesehatan
Seperti yang kita
lihat pada pembahasan diatas, renovasi-renovasi di dalam pendekatan-pendekatan
memiliki reaksi yang keras terhadap disiplin psikologi sendiri. Karena adanya
minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin ilmu baru muncul. Definisi
psikologi kesehatan mencakup definisi sebagai berikut :
1.
Psikologi kesehatan
menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada
studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari
kesehatan ini.
2.
Penekanan pada peran
perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan
pencegahan dasar) pada level mikro, meso dan makro dan menyembuhkan
penyimpangan kesehatan.
3.
Banyak bidang
psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi
kesehatan.
1. TEORI PERILAKU SAAT
INI.
Hal yang penting dalam perilaku
kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan
perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah.
1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori
ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang,
kelompok atau masyarakat.
Hosland,
et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme
dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau
ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan
berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada
perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari
organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada
proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga
terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu
tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya
teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus
dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor
reinforcement memegang peranan penting.
Proses
perubahan perilaku berdasarkan teori SOR ini dapat digambarkan seperti dibawah
(lihat bagan).
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger
(1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini
sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa
keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis
yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah
tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance
(keseimbangan).
Dissonance
(ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen
kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu
stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan
yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah
dissonance.
3. Teori Fungsi
Teori
ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung
kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam
konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi
oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya
dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat
bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan
berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut
benar-benar menjadi kebutuhannya.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau
sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi
dirinya.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan
memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau
stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang
singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa
berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan
membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.
d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri
seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep
diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu
perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri
orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan
sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai
fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
4. Teori Kurt Lewin
Kurt
Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah
apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang.
Sehingga
ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni
:
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi
karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan
perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum
ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan
banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan
pendorong yakni pentingnya ber-KB
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan
terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan
tersebut. Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada
orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah
maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada
orang tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan
menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian
terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya
kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong
dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
2.
TEORI KEPERCAYAAN KESEHATAN
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu
stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan memunyai frekuansi spesifik,
durasi dan tujuan baik didasari maupun tidak.
Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang
saling berinteraksi. Sering tidak didasari bahwa interaksi tersebut sangatlah
kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerapkan perilaku tersebut. Karena itu sangat penting untuk dapat menelaah
alasan dibalik perilaku individu, sebelum mampu mengubah perilaku tersebut.
Teori ini didasari oleh 3 faktor yaitu :
a.
Kesesuaian individu
untuk mengubah perilaku dalam rangka penghindari suatu penyakit atau
memperkecil resiko kesehatan
b.
Adanya dorongan dalam
lingkungan individu yang membuatnya merubah perilakun
c.
Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan
individu serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentangan terhadap penyakit,
potensi ancaman, motivasi untuk meperkecil kerentanan terhadap penyakit dan
adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor
yang mempengaruhi perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan
interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku
yang serupa.
3.
MODEL
KOMUNIKASI PERSUASIF
Persuasif adalah komunikasi yang ditunjukan untuk
mempengaruhi pilihan komunikasi demikian menurut brembeck and william S. Howel
. komunikasi persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan sebagai proses psikologi.
Komunikasi persuasif adalah suatu teknik mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikasi yang
hendak dipengaruhi. Teknik komunikasi persuasif dapat dilakukan dengan cara,
manusia tidak menyukai adanya perbedaan/pertentangan antara norma-norma dalam
dirinya dan ia akan menerima pendapat yang dapat mengurangi ketegangan atau
pertenttangan norma dalam dirinya. Oleh karena itu itulah dalam penyebaran pesan
pembangunan pada masyarakat yang agamis akan sangat efektif apabila menggunakan
motivasi agama dan penguatan dalil-dalil agama.
4.
TEORI DIFUSI INOVASI
Munculnya
Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika
seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk
S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan
bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari
dimensi waktu.
Teori
Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu
kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan
pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an
innovation is communicated through certain channels over time among the members
of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu
bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan
pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi
menyangkut
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi
inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
1)
Inovasi;
gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal
ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama
sekali.
2)
Saluran
komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada
penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu
memperhatikan.
·
tujuan
diadakannya komunikasi dan karakteristik
penerima.
Jika
komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang
banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan
efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang
paling tepat adalah saluran interpersonal.
3)
Jangka
waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat
dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang:
relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan
pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4)
Sistem
sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam
kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan
bersama .
5.
TEORI ADOPSI INOVASI
Proses individu mengadopsi inovasi secara bertahap meliputi fase
pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi. Pengenalan obat
baru juga mengikuti fase tersebut. Dokter akan menggunakan obat baru setelah
menerima berbagai informasi melalui berbagai saluran komersial dan divalidasi
oleh saluran profesional.
Teori tentang perilaku organisasi juga perlu diperhatikan untuk
memahami difusi teknologi informasi. Jika suatu sistem sudah diadopsi pada
tingkat organisasi, apa yang harus dilakukan untuk meyakinkan pengguna
potensial untuk mengadopsinya? Mekanisme penghargaan dapat mendorong tetapi
juga dapat menghambat. Pengalaman menunjukkan bahwa penghargaan tidak harus
terkait dengan kompensasi finansial, tetapi juga penghargaan profesional
seperti proses pengembangan karir.
Faktor lain yang mempengaruhi inovasi adalah saluran komunikasi di
organisasi yang memperkuat jaringan sosial. Komunikasi yang mendukung
pertukaran wacana (diskusi), membawa pengetahuan dan informasi dari luar
organisasi akan mempercepat proses difusi. Selain itu, faktor lain yang
berpengaruh adalah proses pengambilan keputusan dan komitmen manajemen puncak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar